Senin, 19 November 2012

PEMBELAJARAN PERTAMA

Ada yang bilang my live my adventure ada juga yang bilang my live my rule ada lagi yang bilang my live my game. Pertanyaannya, kenapa kita harus menjalani semua ini, apa kita punya pilihan lain ?

Jika kita renungkan lucu sekali bagaimana kita mengarungi kehidupan ini. Di mulai dari ketika kita mbrojol dari rahim, mengapa kita menangis ? sepertinya kita tidak senang datang ke dunia ini tapi bukankah mereka yang di dekat kita mempertontonkan wajah kebahagiaan. Seolah mereka senang dengan tangisan pertama kita. Lalu kita menangis di hari-hari berikutnya, saat kita dewasa. Apa mereka masih tertawa atau malah ikut menangis melihat tangisan kita ? atau malah mereka acuh tak acuh ?

Hukum sebab akibat tidak lepas dari apa yang kita jalani sekarang. Jika datang kelahiran kematianlah yang menanti. Ada manusia yang matinya dengan biasa-biasa saja ada yang tragis ada pula yang penuh kesan. Jika ada yang bertanya kau ingin mati sepaerti apa ? pasti mereka menjawab tentu dengan cara tersenyum. Senyum itu menandakan ending yang bahgia. Bahagia itu tentu berkesan. Lalu mengapa orang di seikitar kita menangis dengan raut muka yang mengambarkan kesediahan ketika kita tersenyum sebelum ajal menjemput. Mereka seolah tak bahagia melihat kebahagian dari senyum penerima ajal. Kita tersenyum bahagia di hari-hari sebelumnya, sebelum aja menjemput. Apa mereka menangis atau mereka ikut tertawa melihat senyum kebahagian kita ? atau malah mereka atuh tak acuh ?

Lucu sekali bukan?

Ini di mulai ketika saya mulai lahir. Agar senasib bayi-bayi yang lainnya, saya menangis menemui kehidupan ini. Itulah yang di katakan ibu saya, mahluk perantara saya datang ke dunia ini. Saya menangis sepanjang hari di hari kelahiranku. Hari berikutnya masih terus menangis. Tiada hari saya lalui tanpa menangis. Menginjak usia cukup ketika mata ini mulai terbuka sekarang saya bisa tertawa. saya tertawa sepanjang hari sampai hari hari berikutnya.

Sederhana sekali menangis itu hanya perlu meneluarkan air mata dan tertawa itu hanya perlu menampakkan gigi. saya menangis dan tertawa tanpa belajar. Kedewasaan memperkenalkanku pada situasi dimana menais dan tertawa itu digunakan. Ketika kita bersedih maka kita harus menangis dan ketika kita bahagia kita harus tertawa. Begitulah yang di katakan orang tua saya, seperti itulah yang saya lihat di lingkunganku.

Saya lebih menyukai tangis maka dari itu gue menaig sepanjang waktu yang saya lalui. Saya menangis ketika melakukan pekerjan apapun, ketika sekolah, ketika melakukan pekerjaan rumah, bahkan ketika di kendaraan yang saya tunggangi. Sedang Bahagiapun saya menanis. Saya menangis bukan karena kesedihan tapi hanya karena saya menyukai tangis.

Tiba saat orang-orang di sekeliling saya mulai mengusiku. Mereka pikir saya tidak bahagia dengan kehidupan saya sendiri. Mereka pikir saya selalu bersedih. Saya orang aneh, tidak punya pekerjaan selain menangis, tidak bisa kehabisan air mata. Itu yang saya dengar dari orang-orang di sekeliling saya.

Saya mulai bosan dengan yang mereka bicarakan tentang diri saya. Mereka pikir mereka mengenal saya dari pada saya sendiri. Saya mengalah menghadapi mereka. Sekarang saya tertawa, tertawa demi mereka yang selalu mengunjingku. saya tertawa sepanjang hari, bukan berarti saya tidak pernah sedih agar menangis. Saya melakukanya karena saya suka tertawa, begitu menyenangkan bagi saya. Saya bertindak seolah saya sangat menyukai kehidupan. Melalui pekerjaan dengan tertawa , melakukan pekerjaan sehari-hari, kuliah, bahkan saat tak melakuan pekerjaan apapun.

Mereka mulai mengusik saya, mereka pikir saya gila. Sehari-hari di semua hal hanya aku lalui dengan tawa. Saat seriuspun saya tampak bercanda karena saya selalu tertawa. Mereka terusik dengan setiap tawaku, berisik, tidak tau tempat, orang gila, lelucon. Itu yang saya dengan dari mulut-mulut sekitar.

saya jengan dengan perlakuan mereka. Mereka selalu protes dengan tindakan yang saya perbuat. Saya mulai berfikir ‘mengapa aku tidak tertawa dan menangis setiap hari saja!’.

Jadi seperti itulah saya yang sekarang. Sederhana, tertawa jika bahagia menangis jika sedih. Tidak peduli dengan yang mereka katakan, Saya hanya melakukan seperti yang seharusnya saya lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar