Jumat, 30 November 2012

SEHELAI BERBIJI PART I

Kita tidak tahu darimana asal mulanya sampai-sampai kita bisa dalam keadaan yang sekarang ini. Lupa akan bagaimana cara menyelam ke dasar lautan hingga semua orang tidak tahu dimana keberadaan kita. Beribu dentuman suara merdu bahkan kasar membicarakan tentang ketidakadilan di dalam kehidupan. Bersembunyi di balik bebatuan yang tersusun rapi. Berteduh di bawah selembar kertas keras yang berliku. Bahkan seiring berlarinya waktu semua orang akan berani mempertanggung jawabkan apa yang telah menjadi haknya.

Rabu, 28 November 2012

Senin, 19 November 2012

PEMBELAJARAN PERTAMA

Ada yang bilang my live my adventure ada juga yang bilang my live my rule ada lagi yang bilang my live my game. Pertanyaannya, kenapa kita harus menjalani semua ini, apa kita punya pilihan lain ?

Jika kita renungkan lucu sekali bagaimana kita mengarungi kehidupan ini. Di mulai dari ketika kita mbrojol dari rahim, mengapa kita menangis ? sepertinya kita tidak senang datang ke dunia ini tapi bukankah mereka yang di dekat kita mempertontonkan wajah kebahagiaan. Seolah mereka senang dengan tangisan pertama kita. Lalu kita menangis di hari-hari berikutnya, saat kita dewasa. Apa mereka masih tertawa atau malah ikut menangis melihat tangisan kita ? atau malah mereka acuh tak acuh ?

Hukum sebab akibat tidak lepas dari apa yang kita jalani sekarang. Jika datang kelahiran kematianlah yang menanti. Ada manusia yang matinya dengan biasa-biasa saja ada yang tragis ada pula yang penuh kesan. Jika ada yang bertanya kau ingin mati sepaerti apa ? pasti mereka menjawab tentu dengan cara tersenyum. Senyum itu menandakan ending yang bahgia. Bahagia itu tentu berkesan. Lalu mengapa orang di seikitar kita menangis dengan raut muka yang mengambarkan kesediahan ketika kita tersenyum sebelum ajal menjemput. Mereka seolah tak bahagia melihat kebahagian dari senyum penerima ajal. Kita tersenyum bahagia di hari-hari sebelumnya, sebelum aja menjemput. Apa mereka menangis atau mereka ikut tertawa melihat senyum kebahagian kita ? atau malah mereka atuh tak acuh ?

Lucu sekali bukan?

Ini di mulai ketika saya mulai lahir. Agar senasib bayi-bayi yang lainnya, saya menangis menemui kehidupan ini. Itulah yang di katakan ibu saya, mahluk perantara saya datang ke dunia ini. Saya menangis sepanjang hari di hari kelahiranku. Hari berikutnya masih terus menangis. Tiada hari saya lalui tanpa menangis. Menginjak usia cukup ketika mata ini mulai terbuka sekarang saya bisa tertawa. saya tertawa sepanjang hari sampai hari hari berikutnya.

Sederhana sekali menangis itu hanya perlu meneluarkan air mata dan tertawa itu hanya perlu menampakkan gigi. saya menangis dan tertawa tanpa belajar. Kedewasaan memperkenalkanku pada situasi dimana menais dan tertawa itu digunakan. Ketika kita bersedih maka kita harus menangis dan ketika kita bahagia kita harus tertawa. Begitulah yang di katakan orang tua saya, seperti itulah yang saya lihat di lingkunganku.

Saya lebih menyukai tangis maka dari itu gue menaig sepanjang waktu yang saya lalui. Saya menangis ketika melakukan pekerjan apapun, ketika sekolah, ketika melakukan pekerjaan rumah, bahkan ketika di kendaraan yang saya tunggangi. Sedang Bahagiapun saya menanis. Saya menangis bukan karena kesedihan tapi hanya karena saya menyukai tangis.

Tiba saat orang-orang di sekeliling saya mulai mengusiku. Mereka pikir saya tidak bahagia dengan kehidupan saya sendiri. Mereka pikir saya selalu bersedih. Saya orang aneh, tidak punya pekerjaan selain menangis, tidak bisa kehabisan air mata. Itu yang saya dengar dari orang-orang di sekeliling saya.

Saya mulai bosan dengan yang mereka bicarakan tentang diri saya. Mereka pikir mereka mengenal saya dari pada saya sendiri. Saya mengalah menghadapi mereka. Sekarang saya tertawa, tertawa demi mereka yang selalu mengunjingku. saya tertawa sepanjang hari, bukan berarti saya tidak pernah sedih agar menangis. Saya melakukanya karena saya suka tertawa, begitu menyenangkan bagi saya. Saya bertindak seolah saya sangat menyukai kehidupan. Melalui pekerjaan dengan tertawa , melakukan pekerjaan sehari-hari, kuliah, bahkan saat tak melakuan pekerjaan apapun.

Mereka mulai mengusik saya, mereka pikir saya gila. Sehari-hari di semua hal hanya aku lalui dengan tawa. Saat seriuspun saya tampak bercanda karena saya selalu tertawa. Mereka terusik dengan setiap tawaku, berisik, tidak tau tempat, orang gila, lelucon. Itu yang saya dengan dari mulut-mulut sekitar.

saya jengan dengan perlakuan mereka. Mereka selalu protes dengan tindakan yang saya perbuat. Saya mulai berfikir ‘mengapa aku tidak tertawa dan menangis setiap hari saja!’.

Jadi seperti itulah saya yang sekarang. Sederhana, tertawa jika bahagia menangis jika sedih. Tidak peduli dengan yang mereka katakan, Saya hanya melakukan seperti yang seharusnya saya lakukan.

SEPUCUK SURAT


Sebelum rangkaian kata ini menjadi panjang, aku ingin meminta maaf, maaf yang tidak hanya sekedar maaf, melainkan maaf sedalam samudra dan setinggi langit singgasana. Aku bukan dewa, ataupun malaikat yang selalu taat pada Sang Pencipta. Aku hanya manusia, salah dan dosa, menjadi pengiring setiap keluarnya kata.


Aku mengenalmu kala itu, malam. Di saat alam semesta bermandikan cahaya bulan sabit yang hampir punah, berganti dengan purnama indah bak bidadari surga. Perjalanan ini, dan semua tentang kita, memang terasa singkat. Sekejab bertemu, kemudian jatuh cinta. Ah... Cinta, kenapa begitu cepat menyelinap kala itu ? Hingga kita pun terlena dan terbuai karenannya.

Kenangan yang indah, meski hanya berpenghantar suara dan kata. Tak pernah bersua muka apalagi berjabat tangan. Tak ada yang bisa memungkiri, begitulan cinta, indah namun terselip sebuah gelisah.

Malam... dalam perjalanan apapun, tidak ada manusia yang terlepas dari apa yang disebut konflik. Apapun itu. Kini malam itu rupanya sedang mendung, gelap, dan mungkin saja akan hujan. Tau tidak hanya sekedar hujan, halilintar, badai, atau bahkan akan terjadi Tsunami. Memporak-porandakan semua yang ada.

Kamu tahu malam, kita untuk terlahir ke dunia ini harus menembus sebuah konflik, kita harus berjuang dengan sel-sel yang lain. Kita menang, dan terlahirlah kita. Hidup telah mengajarkan kepada kita, malam. Mengajarkan di manapun akan nada sebuah konflik. Tinggal kita, duduk diam, dan makan obat "Tidak tahu harus berbuat apa". Atau mau bergerak. Bergerak seperti awal kita menjadi sel.

Malam itu kini hendak pergi... pergi menjadi pagi, atau bahkan dalam sekejap menjadi siang, aku ingin mempertahankan malam, tapi malam bergerak dengan kekuatannya. Aku tak bisa. Tak bisa mencegah, itu haknya malam. Aku hanya bisa menghormati keputusan malam.

Dulu tanganku terbuka lebar ketika malam beranjak mendekati, kini dia sudah minta pulang, apalah daya, aku pun harus membuka tangan lebar-lebar, menghormati keputusannya.

Ah sudahlaah... Cinta memang begitu. Cinta yang sebenarnya racun. Pahit bahkan tidak sedikit orang bisa mati karena cinta. Makanya terciptalah suatu yang bernama sayang, Ia tulus, tidak terbungkus ambisi dan ego belaka. Cinta, kenapa orang begitu mengagungkan cinta, padahal ia terbungkus sebuah ambisi, Namun coba perhatikan ketika rasa sayang berkata, adakah ambisi di dalamnya. Tidak ! Ia sempurna ! Layaknya api dengan kayu.

Malam, kamu ingin pulang ? Apakah kamu tidak tahu jika kata pulang sama saja dengan pergi ? Dan pergi itu sama saja dengan menjauh ? Kamu tau apa kelanjutannya, malam ? Bahasa itu memang mudah, malam. Semua orang bisa berkata, tapi adakah dari mereka yang banyak menyelami makna bahasa bisa tersusun melalui kalimat sabda ?

Terima kasih malam. Meski sekejap aku bersamamu, aku sudah cukup bahagia. Banyak hal-hal yang belum kumengerti menjadi mengerti. Berbahagialah, malam. Tertawalah bersama bintang dan sang rembulan. Ataupundengan berjuta perhiasan malam. Maafkan aku yang selama ini tidak bisa memberikan apa-apa kepadamu selain kekecewaan, kerebotan, keluahan dan juga beban. Aku yakin setelah kamu pergi, kamu tidak akan pernah mendengar suara itu lagi.

Aku tidak menyesali pertemuan ini, malam. justru aku bangga bisa mengenalmu. Belajar banyak kepadamu. Aku menyadari semua tidak ada yang berjalan dengan mulus. Jalan berlubang, pendakian yang terjal dan juga jurang-jurang yang siap melahap kita yang kadang kejang merasakan semua ini.

Kuhormati keputusanmu, malam. Aku tidak ingin berkata muluk-muluk, malam. Tak pun merayu dengan sekuntun bait puisi yang mendayu, aku hanya ingin katakan, selama aku mengenalmu, kurang lebih tiga ribu hari, kamu adalah wanita yang baik.

Jaga dirimu baik-baik malam. Yang pasti, meski sederhana, aku akan selalu mendoakanmu. Meminta kebahagiaan, kesehatan dan juga kesejahteraan. Kamu orang baik, dimana pun kamu berada percayalah, Tuhan akan mempertemukanmu denga orang yang baik pula.

Dan, maafkan aku pula yang tak bisa menyambutmu. Beribu aku haturkan rasa penyesalanku tak bisa menjamumu. Dan meminta kembali maaf atas ketidak berdayaanku. Jangan pernah kamu bertanya tentang kesedihanku, karena kesedihanku, sangat tak terbatas atas semua ini.

Selamat jalan Malam.... Tuhan melindungimu selalu.

Yang mencintaimu

SURAT KECIL UNTUK #D


Setiap hubungan pasti gak sesalau berjalan mulus. Selalu ada kerikil-kerikil yang memaksa kita berjalan tak lurus.

Entah, gak tau harus berbuat apa ketika kerikil itu datang dari seorang yang satu darah.

Mungkin ini cuma sensitifnya gue saja. Atau mungkin memang beliang yang kurang bersahaja.

Jujur saja, gue butuh bantuan kamu. Gue gak mau bila nanti gue memang dipertemukan dengan beliau, gue cuma dianggap sebagai 'tamu'.

Yang mungkin pikirannya gue tak tau malu, cuma bisa menyusahkan kamu seperti benalu. 

Kamu gak sadar gak pedulu, atau terlalu polos seperti orang kepala botak ? Berpikir gue baik-baik saja karena sedih sesak gue tidak nampak.

Gue mungkin salah kalau memendam ini rapar-rapat, gue bahkan gak tau apa gue kuat.

Gue senang ketika kamu peluk gue dan bertanya "kamu baik-baik saja kan ?", rasanya nyaman dan air mata gak bisa ditahan.

Tapi aku lebih senang kalau kamu mau menjelaskan dan meluruskan apa yang beliau salah tafsirkan.

Gue mau, bisa diterima di kehidupan dan di keluarga kamu.

Maaf kalau sampai harus bercerita di dunia maya, kamu mungkin lebih tau kalau gue kurang bisa berkata-kata

Cuma sama kamu, gue selalu merasa hidup ini gak ada beban.

Cuma sama kamu , gue merasa di setiap masalah pasti ada jalan.

Cuma sama kamu, gue bisa merasa sedih dan senang disaat bersamaan. 

Dan karena cuma sama kamu, apapun bentuk cobaan selalu ada alasan buat gue bertahan.


I Loved you